![]() |
Seorang laki-laki melihat rumahnya yang sebagian temboknya roboh pascagempa bumi di Dusun Lendang Bajur, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Senin (6/8/2018). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat (NTB) mendapatkan laporan sementara jumlah korban meninggal dunia akibat gempa bumi berkekuatan 7 Skala Richter sampai dengan pukul 03.20 Wita Senin 6 Agustus 2018 sebanyak 82 orang. | ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi |
Lebih dari 167 ribu rumah telah selesai dibangun bagi warga Nusa Tenggara Barat yang terdampak Gempa dua tahun lalu. Sekitar lebih 41 ribu masih dalam proses pengerjaan sampai dengan Minggu (8/3/2020).
BPBD Provinsi NTB mencatat 167.873 unit rumah telah selesai dibangun, dengan rincian rumah yang dulunya rusak berat 52.854 unit, rusak sedang 26.143 dan rusak ringan 88.876; sedangkan rumah dalam pengerjaan berjumlah 41.390 unit dengan rincian rumah yang dulunya RB 19.902 unit, RS 5.435, dan RR 16.053.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Bencana BNPB Agus Wibowo mengatakan proses pengerjaan rumah melalui mekanisme kelompok masyarakat yang dibantu tenaga fasilitator. Pokmas mencapai 11.502 kelompok, sedangkan tenaga fasilitator mencapai 2.330 personel, yang terdiri dari TNI, Polri, dan sipil.
Pembangunan rumah ini memakai beberapa teknik yang berbeda, seperti rumah instan struktur baja, rumah instan sederhana sehat, rumah instan konvensional atau rumah instan kayu.
Proses rehabilitasi dan rekonstruksi Lombok dan sekitar dilakukan pascagempa NTB dengan magnitudo 7,0. Gempa yang terjadi pada 5 Agustus 2018 lalu ini mengakibatkan lebih ratusan ribu rumah rusak. Total korban jiwa meninggal mencapai 564 jiwa dan luka-luka 1.886.
Rehab-rekon Sulteng
Proses rehab-rekon juga sedang berlangsung di Provinsi Sulawesi Tengah hingga sekarang. Sampai dengan Minggu kemarin, kemajuan pembangunan rumah yang telah selesai mencapai 2.506 unit atau sekitar 55,42%. Pembangunan rumah ini tersebar di Kota Palu sejumlah 943 unit, Kabupaten Sigi 924, Donggala 214 dan Parigi Moutong 425.
Sementara itu, total target pembangunan rumah mencapai 4.522, dengan rincian Palu 1.594, Sigi 1.602, Donggala 899 dan Parigi Moutong 427. Distribusi pembangunan rumah ini dilakukan di kawasan rumah warga sebelumnya (insitu) dan juga kawasan relokasi. Total biaya yang diberikan untuk pembangunan target rumah tersebut mencapai Rp235,5 miliar.
Proses rehab-rekon rumah dilakukan dengan beberapa jenis atau tipe rumah seperti di NTB. Pascagempa Sulteng, warga ada yang membangun rumah dengan tipe risha, riko, rika dan risma. Sebagian besar warga memiliki rumahnya dibangun kembali dengan jenis riko 3.659 unit, risha 694, rika 127 dan risma 42.
Pembangunan rumah insitu dan relokasi di Kota Palu dikerjakan melalui sinergi multipihak. Di bawah koordinasi pemerintah daerah setempat, beberapa lembaga, seperti Budha Tzu-Chi, AHA Centre, Arkom maupun pemerintah daerah tetangga, seperti Pemerintah Kota Surabaya menyumbang dalam proses rehab-rekon ini.
Pemulihan ini dilakukan setelah Gempa berkekuatan 7,4 mengguncang Provinsi Sulawesi Tengah. Gempa waktu itu, 28 September 2018, pukul 18.02 wita, tidak hanya memicu terjadinya goncangan tetapi tsunami dan likuefaksi di beberapa titik, seperti Petobo, Balaroa dan Jono Oge. Data BNPB per 5 Februari 2019 mencatat korban meninggal mencapai 4.340 jiwa dan luka-luka 4.438.
Total dampak kerugian akibat bencana ini mencapai Rp 2,89 trilyun dan kerusakan Rp15,58 triliun.
Sumber: Akurat.co
No comments:
Post a Comment